Kehendakku VS Kehendak Tuhan
- ggckampunginggris
- Mar 25, 2019
- 4 min read
Updated: Jul 19, 2019
“Belajar kehendak Allah meluruskan jalan kepada Allah, tunduk kepada kehendak dunia membelokan diri kejurang maut” Ryan Hankey Ranonto
Hak dan kebebasan setiap manusia merupakan suatu hal yang dilakukan secara personalitas. Sejatinya manusia diberikan hak yang sama, hak untuk memilih keputusan sesuai dengan kepercayaan akan hidupnya. Ada pilihan dengan pergumulan dan ada pilihan dengan logika bahkan kepasrahan, dan tidak sedikit dari kita lebih memprioritaskan ego dibanding dengan cara Tuhan. Akibat dari keegoisan kita mendatangkan kesombongan dan mempermuliakan diri sendiri dibandingkan rasa syukur kepada Allah yang sudah memberi pengetahuan.
Saat ini saya pribadi melihat ada kedilemaan manusia dalam menemukan cara pandang yang tepat dalam hidupnya, seakan dunia menjadi nahkoda pelayaran hawa napsu. Tidak mengetahui kehendak Allah dan menganggap hidup ini biasa-biasa saja tampa makna yang berarti. Saya pernah bertemu dengan seorang teman yang berkata di dalam hidupnya mengalami kebimbangan rohani, ia berkata sangat sulit memahami kehendak Allah dibandingkan kehendak pribadinya, bahkan konteks keagamaan menurutnya jauh dari Tuhan. Saat saya mendengar kata-kata tersebut, saya merenungkan apakah yang dialami orang tersebut sehingga sanggup berkata demikian. Bukankah tawaran Tuhan lebih indah dibandingkan dengan logika manusia ? lantas wajarkah ada orang yang berkata demikian ? fakta hidup telah menjawabnya, jika ia belum mengenal Tuhan Yesus Kristus dengan baik (sepenuh hati dan segenap jiwa) maka sanggup berkata demikian.
Kita mengetahui sejak manusia diciptakan ada tanggung jawab yang besar yang harus dipikul. Adam dan Hawa yang tak boleh makan buah pohon pengetahuan dan hidup (Kejadian 2 : 17), Bangsa Istrael dengan Kesepuluh Firman melalui perantara nabi Musa (keluaran 20 : 1-17) dan masih banyak lagi. Pertanyaan nya apakah semua perintah itu ditaati ? Pada awalnya aturan tersebut ditaati tetapi pada akhirnya timbul kedilemaan untuk memilih hal yang menyimpang dari perintah Tuhan tersebut. Kita harus mengetahui iblis memakai hal-hal indah dan enak untuk mempengaruhi kita dalam menentukan pilihan, kedilemaan inilah yang ditangkap iblis sebagai sebuah kesempatan menjatuhkan manusia kedalam dosa. Mari kita belajar cara Tuhan kita menghadapi godaan iblis, ada kekonsistenan, mengetahui status dan tujuan hidup yang mengarah kearah Bapa (Matius 4 : 1-11), sehingga godaan tidak akan membuat sebuah kedilemaan dan tidak akan membimbangkan hati dalam menentukan pilihan hidup yang tepat.

Dari perbandingan di atas kita mengetahui manusia penuh dengan kelemahan dan mulai bosan dengan cara hidup benar sedangkan Tuhan kita Yesus Kristus menunjukan hal yang terbalik dengan cara manusia, yakni tetap pada pendirian dan kekonsistenan hidup menuju Bapa. Kita akan belajar bagaimana cara mereduksi kehendak kita (duniawi) dan fokus pada kehendak Allah. Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu kehendak Allah ? Paulus menuliskan :
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (Kolose 1 : 9-10)
Menurut Paulus, pengetahuan akan kehendak Allah diterima melalui “hikmat dan pengertian yang benar”. Frasa kehendak Allah tidak menunjukan kehendak Allah yang bersifat dikritif (kehendak rencana Allah yang berdaulat) karena itu hanya dimiliki oleh Allah (Ulangan 29:29). Frasa tersebut menunjukan pada kehendak Allah dalam arti apa yang Allah inginkan, perintahkan, dan kehendaki agar terjadi. Yesus juga memakai pengertian yang sama ketika Ia berdoa, “Jadilah kehendak Mu, di bumi seperti di sorga” ini adalah kehendak preseptif Allah.
Paulus berdoa untuk semua jemaat Kolose dapat memiliki pengetahuan akan kehendak Allah yang preseptif ini. Paulus menginginkan agar hidup mereka mencerminkan semua perintah positif Allah bagi setiap orang. Sebagai contoh, Paulus berkata, “Buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu” (Kolose 3:8). Sehingga kita dapat meresponi perintah Allah adalah perintah yang terbuka; sama terbukanya dengan perintah kasih Allah yang memotivasi kita untuk menaatinya. Namun kita sadari, orang berdosa tidak menyukai perintah yang bersifat terbuka. Kita tidak dapat membatasinya, khususnya kalau dosa membuat perintah ini sulit dijalankan. Tetapi sekali lagi ditekankan, Paulus telah berkata, “sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah” (Kolose 1:10).
Kita telah mengetahui hikmat yang berasal dari Allah adalah dasar bagaimana kita mengetahui kehendak dan bimbingan Allah yang benar. Namun darimanakah kita mendapatkan hikmat yang benar dari Allah ? Mari kita baca :
(9) "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. (10) Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (11) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. (12) Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (14) Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (16) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (17) Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yohanes 15 : 9-17)

Hikmat yang benar dari Allah didapatkan melalu ketaatan kita melakukan Firman Allah (ayat 10). Jika kita punya kekonsistenan diri untuk tunduk kepada perintah Allah, relasi kita dengan-Nya lebih intim sehingga Tuhan kita adalah sahabat yang sejati (ayat 14-15). Kita membutuhkan kesadaran dan respon yang tepat untuk membangun hubungan yang baik dengan-Nya, karena Ia telah memilih kita untuk percaya dengan sungguh akan setiap perbuatan-Nya. Jika kita mengenal Allah maka Allah lebih mengenal kita, relasi inilah yang membuat sebuah khendak manusia memprioritaskan kehendak Bapa.
Mulailah membangun relasi yang baik dengan Allah kita, membaca Alkitab dan merenungkannya setiap saat. Jadikanlah Firman sebagi modul kehidupan untuk menghadapi ujian dunia atau mencari bimbingan melalui perantara hamba Tuhan dengan ikut PA dan sebaginya. Mungkin diawal membangun kebiasaan yang rindu mencari kehendak Allah akan sedikit sulit karena iblis terus mengganggu, tetap yakin dan percaya kuasa iblis jauh sangat kecil dibandingkan dengan kuasa Tuhan kita Yesus Kristus. Berdoalah setiap saat agar Allah selalu memberikan hikmat dan oleh karena hikmat kita dapat mengetahui kehendak Allah yang harus kita lakukan dalam hidup kita. Mereka yang dengan sungguh paham dengan kehendak Allah akan hidup nya memiliki sikap teladan bagi sesamanya, dan sesungguhnya ada buah yang banyak serta upah yang menanti bagi setiap orang yang melakukannya.
Comments